Untuk informasi lanjut,
hubungi kami di
no telp -,
email: alkesritel@yahoo.com
website: alkesritel.blogspot.com.
Kami menyediakan supply alat kesehatan, peralatan laboratorium, elektrik engineering terlengkap dengan harga sangat bersaing. Hubungi kami di 081321161101 untuk informasi lanjut. email: alkesritel@yahoo.com. website: supplyalkes.blogspot.com.
Kami menyediakan supply alat kesehatan, peralatan laboratorium, elektrik engineering terlengkap dengan harga sangat bersaing. Hubungi kami di 081321161101 untuk informasi lanjut. email: alkesritel@yahoo.com. website: supplyalkes.blogspot.com.
Kami menyediakan supply alat kesehatan, peralatan laboratorium, elektrik engineering terlengkap dengan harga sangat bersaing. Hubungi kami di 081321161101 untuk informasi lanjut. email: alkesritel@yahoo.com. website: supplyalkes.blogspot.com.
Kami menyediakan supply alat kesehatan, peralatan laboratorium, elektrik engineering terlengkap dengan harga sangat bersaing. Hubungi kami di 081321161101 untuk informasi lanjut. email: alkesritel@yahoo.com. website: supplyalkes.blogspot.com.
Kami menyediakan supply alat kesehatan, peralatan laboratorium, elektrik engineering terlengkap dengan harga sangat bersaing. Hubungi kami di 081321161101 untuk informasi lanjut. email: alkesritel@yahoo.com. website: supplyalkes.blogspot.com.
Untuk informasi lanjut,
hubungi kami di
no telp -,
email: alkesritel@yahoo.com
website: alkesritel.blogspot.com.
Liputan6.com, Jakarta : Dari sekian banyak jenis penyakit yang menyerang otak, ada beberapa jenis penyakit yang tidak dapat disembuhkan, salah satunya afasia. Penyakit ini tidak dapat disembuhkan sebab belum ada obatnya. Penderitanya mengandalkan terapi saja di mana hal itu tidak dapat memberikan jaminan kesembuhan.
Deskripsi
Seperti dilansir Mayo Clinic, Kamis (22/8/2013), afasia (aphasia) adalah sebuah sindrom pada sistem saraf (neurologis) yang merusak kemampuan bahasa. Memori otak mereka mengalami kecacatan. Orang yang menderita penyakit ini akan mengalami kesulitan dalam mengekspresikan pikiran dan sulit memahami serta menemukan kata-kata saat berkomunikasi. Tentunya, hal ini akan menimbulkan masalah pada hidup penderitanya. Sebab, komunikasi adalah salah satu hal penting dalam kehidupan. Biasanya penyakit ini akan terjadi secara tiba-tiba setelah Anda mengalami stroke atau cedera pada kepala.
Penyakit ini juga akan berkembang secara bertahap dan memungkinkan pengidapnya menjadi bisu. Selain itu, pengidapnya juga mungkin dapat mengidap penyakit demensia. Para pengidap afasia juga akan mengembangkan masalah pada perilaku. Mereka akan berubah menjadi pribadi yang cemas dan sering marah.
Afasia dibagi menjadi tiga jenis, yaitu:
1. Nonfluent aphasia
Jenis afsia ini akan terjadi bila ada kerusakan pada jaringan bahasa yang letaknya di dekat daerah frontal otak bagian kiri. Ketika berkomunikasi, orang yang yang mengalami penyakit ini akan menggunakan kalimat yang tidak lengkap. Namun, biasanya, pendengar masih bisa memahami maksud dari pesan yang disampaikan olehnya. Pengidap jenis aphasia ini juga mampu memahami apa yang orang lain katakan, namun tidak sesempurna seperti orang pada umumnya. Selain itu, pengidapnya juga mungkin akan mengalami kelumpuhan pada tubuh mereka, khususnya tubuh sisi kanan.
2. Fluent aphasia
Jenis penyakit ini disebut juga dengan istilah wernicke aphasia. Hal ini dapat terjadi akibat jaringan bahasa yang terletak di sisi kiri tengah otak mengalami kerusakan. Namun, orang yang mengalami jenis aphasia ini dapat berbicara dengan lancar. Umumnya, penderita akan menggunakan kalimat yang panjang, kompleks, dan seringkali tidak masuk akal. Sebab, kata-kata yang digunakan kurang dapat dipahami oleh orang lain. Pengidapnya biasanya juga tidak dapat memahami bahasa lisan dengan baik.
3. Global aphasia
Jenis aphasia ini akan terjadi bila jaringan bahasa pada otak sudah mengalami kerusakan yang parah dan meluas. Para penderitanya akan mengalami kecacatan yang tergolong berat dalam hal memahami dan berekspresi.
Gejala
Antara satu orang dengan orang lain akan mengalami perbedaan dalam hal tanda dan gejala yang dialami. Tanda dan gejala yang muncul tergantung pada bagian mana dari pusat bahasa di otak yang mengalami masalah atau kerusakan. Umunya, gejala dan tanda yang akan dialami oleh para pengidapnya adalah dalam hal penggunaan bahasa. Berikut beberapa jenis gejala yang dapat ditimbulkan dari penyakit afasia:
Sering mengucapkan kata-kata yang tidak dikenaliSulit memahami pembicaraan orang lainSering menafsirkan bahasa kiasan harafiahHanya mengucapkan kalimat pendek dan tidak lengkap ketika berbicaraSering menggunakan kalimat-kalimat yang tidak masuk akal ketika berbicara ataupun menulisTanda dan gejala yang timbul dari tiap jenis penyakit afasia juga mungkin akan berbeda.
Penyebab
Umumnya, penyakit afasia timbul akibat lobus frontal dan temporal yang ada dalam otak, khususnya pada sisi kiri otak, mengalami penyusutan (atrofi). Hal ini akan mempengaruhi pusat bahasa yang ada dalam otak. Jaringan parut dan protein yang abnormal juga dapat terjadi. Selain itu, penyakit afasia juga dapat muncul akibat otak mengalami kerusakan karena cedera pada kepala, penyakit stroke, tumor, infeksi, penyumbatan, dan pecahnya pembuluh darah di otak. Akibatnya, suplai darah pada otak akan terganggu dan menyebabkan sel otak mati. Selain itu, area bahasa yang ada pada otak juga akan mengalami kerusakan. Tak hanya itu saja, ada beberapa faktor lain yang dapat menjadi faktor penyebab timbulnya penyakit afasia, yakni:
1. Mutasi gen tertentu
Mutasi gen langka telah dikaitkan dengan penyakit afasia. Jika ada dari keluarga Anda yang menderita penyakit ini, Anda lebih mungkin untuk mengembangkan dan juga mengalaminya.
2. Penyakit yang menyebabkan ketidakmampuan belajar
Orang yang mengalami masalah memori, misalnya tidak mampu belajar akibat penyakit tertentu, terutama disleksia, akan berisiko lebih tinggi mengalami penyakit afasia. Sebab, hal itu juga mempengaruhi daerah bahasa dalam otak.
Pengobatan
Penyakit afasia tidak dapat disembuhkan. Obat untuk jenis penyakit ini juga belum ditemukan. Satu-satunya pengobatan untuk penyakit afasia adalah dengan melakukan terapi wicara. Jenis terapi ini dilakukan untuk memulihkan keterampilan bahasa dari para pengidapnya. Biasanya, saat melakukan jenis terapi ini, Anda akan dibimbing oleh seorang ahli patologi wicara-bahasa. Namun, pemulihan ini akan menghabiskan waktu yang cukup lama. Tapi sudah ada banyak orang yang mengalami kemajuan yang signifikan setelah melakukan jenis terapi ini. Namun, sebelum Anda melakukan jenis terapi ini, Anda harus memeriksakan diri ke dokter. Biasanya dokter akan melakukan beberapa jenis pemeriksaan untuk memastikan apakah Anda mengidap penyakit afasia atau tidak. Berikut jenis-jenis pemeriksaan untuk penyakit afasia:
1. Tes genetik
Awalnya, dokter pasti akan meminta Anda untuk melakukan jenis tes ini. Hal ini dilakukan untuk melihat apakah Anda memiliki mutasi genetik yang terkait dengan penyakit afasia atau kondisi neurologis lainnya.
2. Tes darah
Dokter mungkin akan meminta Anda untuk melakukan tes darah guna memeriksa infeksi sekaligus memberikan bantuan dalam menentukan jenis obat dan dosis obat.
3. Tes pencitraan
Tes pencitraan ini dilakukan untuk melihat kondisi otak Anda (scan otak). Dokter akan memberikan pilihan jenis tes pencitraan, seperti computerized tomography (CT) scan atau magnetic resonance imaging (MRI). Hal ini dapat membantu dokter dalam usaha mengidentifikasi apa yang menyebabkan afasia, mendeteksi daerah-daerah dalam otak yang menyusut, sekaligus menunjukkan daerah dari otak yang sudah dan akan terpengaruh. Namun, single-photon emission computerized tomography (PET) juga dapat dilakukan untuk melihat alirah darah atau kelainan metabolisme glukosa pada area di otak Anda.
Selain melakukan ketiga jenis pemeriksaan di atas, dokter biasanya juga akan melakukan tes dan observasi informal untuk menilai kemampuan bahasa Anda. Anda mungkin akan disuruh melakukan pidato kemudian dokter akan mengukur hasil pidato Anda, baik dari segi pemahaman bahasa, keterampilan, penamaan benda, ingatan, dan faktor lainnya.
(Mel/*)
Hal ini terungkap dalam ujian promosi doktor berjudul Dampak Program Kesehatan Jiwa Berbasis Masyarakat Dibandingkan Program Kesehatan Jiwa Berbasis Rumah Sakit Jiwa Terhadap Pemulihan Pasien Psikosis, di Depok pada Senin (15/7).
Hasil riset menemukan, perawatan pasien gangguan jiwa di rumah sakit maupun di lingkungan masyarakat ternyata sama baiknya. "Penelitian menegaskan, dirawat di mana saja efektivitasnya sama. Padahal perawatan di masyarakat lebih murah," kata dr. Sri Idaiani, Sp.KJ dalam disertasinya.
Riset ini menilai efektivitas Program Kesehatan Jiwa Masyarakat Puskesmas (PKJMP), di Kota Banda Aceh dan Kabupaten Aceh Besar. Penelitian ini dilakukan pada 2011-2012 di 6 puskemas mencakup Banda Raya, Meuraxa, Kuta Malaka, Kuta Baro, Ingin Jaya, dan Darul Imarah. Riset menggunakan pasien dengan skizofrenia, berusia lebih dari 18 tahun.
Di Aceh terdapat desa berstatus Desa Siaga Sehat Jiwa (DSSJ). DSSJ dipimpin paramedis yang mengerti kesehatan jiwa dibantu tokoh masyarakat. Melalui pendekatan lintas sektor, dibangun kesadaran masyarakat tentang pentingnya kesehatan jiwa. Ida tak menampik, stigma negatif harus terlebih dulu dihilangkan. Perubahan stigma akan memudahkan perawatan pasien dengan gangguan kesehatan jiwa. Namun, perubahan stigma sebetulnya bisa berjalan seiring pengobatan.
"Inti program adalah mendekatkan pasien dengan masyarakat. Dengan program ini, stigma negatif diharapkan hilang perlahan," kata Sri.
Dalam prosesnya, penyembuhan dilakukan bersama perawat yang sudah dilatih terkait gangguan kesehatan jiwa, tokoh agama, masyarakat, dan keluarga pasien. Berbagai komponen dalam masyarakat bersama membantu kesembuhan pasien.
Bila pasien harus berobat, tempat yang pertama dituju adalah puskesmas. Baru setelah itu ke RSU atau RSJ sesuai rekomendasi. Setelah sembuh, masyarakat kembali menerima pasien tersebut. Pasien bisa kembali produktif di lingkungan masyarakatnya.
"Programnya bisa disesuaikan dengan kebiasaan masyarakat. Karena Aceh kental dengan budaya Islam, maka programnya menyesuaikan," kata Sri.
Melalui PKJMP, proses penyembuhan juga menjadi lebih murah. Ida menyebutkan, seorang pasien skizofrenia bisa menghabiskan Rp. 61.653.155 selama perawatan di rumah sakit. Sementara dengan PKJMP, biaya yang dihabiskan Rp. 28.701.907. Total biaya ini berlaku selama 7 tahun perawatan. Biaya yang jauh lebih murah, menyebabkan PKJMP bisa diterapkan di segala lapisan ekonomi. Hal ini yang kemudian menjadi keunggulan PKJMP.
"Kembangkan PKJMP, murah namun memiliki efektifitas sama dengan rumah sakit. Yakinlah pasien dengan gangguan kesehatan jiwa bisa hidup di tengah masyarakat," kata Sri.
PKJMP juga dapat diterapkan di Jakarta. Asal sudah punya sistem kesehatan yang baik, lanjut Sri, maka PKJMP bukan masalah. Hal yang sama berlaku juga di kota lainnya.
Kompas.com - Anak-anak akan melewati beberapa tahap perkembangan yang ikut memengaruhi perilaku mereka. Tak jarang perubahan perilaku yang dialami anak dianggap sebagai sebuah fase yang akan berlalu dengan sendirinya. Padahal, beberapa perubahan perilaku itu bisa menjadi gejala dari adanya gangguan mental yang dialami anak.
Para peneliti dari Harvard Medical School menemukan bahwa separuh dari kasus gangguan mental dimulai dari usia sangat muda, 14 tahun dan tigaperempatnya terjadi sejak usia 24 tahun. Karena kemunculannya yang sangat dini itu, maka terapi dan penanganannya harus dilakukan sejak awal pula.
Pusat pengendalian dan pencegahan penyakit AS (CDC) menemukan bahwa satu dari lima anak di AS mengalami gangguan mental. Gangguan pemusatan perhatian (ADHD), anak pemberontak (oppositional defiant disorder/OOD), spektrum autisme, gangguan mood dan kecemasan, depresi, adalah jenis gangguan mental yang paling banyak ditemui.
Orangtua berperan besar dalam mengurangi keparahan gangguan tersebut dengan cara memberi perhatian pada perubahan perilaku anak. Orangtua juga bisa menggunakan intuisi mereka jika merasa "ada sesuatu yang salah" dengan anak mereka.
Berikut adalah 5 gejala yang perlu diwaspadai dari anak-anak dan remaja Anda.
1. Perubahan mood yang berlangsung lama
Perubahan mood yang berlangsung lebih dari dua minggu adalah indikator kuat adanya gangguan mental pada anak. Perubahan mood ini bisa bervariasi mulai dari hiperaktif sampai terlalu melankolis tanpa alasan yang kuat.
Menurut The National Institute of Mental Health, perilaku "sangat gembira" atau mania dan perasaan "down" atau depresi bisa menjadi tanda adanya gejala gangguan bipolar. Tetapi, perilaku hiperaktif pada anak yang tidak diikuti dengan gejala lesu setelahnya adalah karateristik normal pada anak.
2. Cemas dan takut berlebihan
Takut dan khawatir adalah hal yang wajar dialami anak usia dini. Normal saja mereka merasa takut pada gelap, membayangkan sosok monster, atau takut berpisah dengan orangtua. Untuk anak usia sekolah, cemas sebelum tampil di sekolah atau takut tak diterima teman-temannya, adalah respon yang sehat.
Namun, berhati-hatilah jika rasa takut yang dialami anak sudah berlebihan sehingga mengganggu aktivitas mereka. Mungkin sudah saatnya Anda melakukan intervensi.
3. Perubahan perilaku ekstrem
Mulai membangkang juga adalah fase yang akan dilalui dalam tahap perkembangan emosional anak untuk menuju kemandiriannya. Tetapi ada perilaku pembangkangan yang sangat ekstrem yang disebut dengan OOD. Biasanya gangguan ini dimulai saat anak berusia 8 tahun atau sebelum masuk usia remaja. Salah satu contoh perilaku tersebut adalah membeli beberapa games tanpa ada minat untuk memainkannya.
Gangguan mental yang erat kaitannya dengan perubahan perilaku adalah ADHD, kecemasan, depresi, atau gangguan bipolar.
4. Perubahan fisik, berat badan naik atau turun drastis
Diperkirakan 80 persen orang yang mengalami gangguan mental mengalami obesitas atau kegemukan. Perubahan fisik yang mendadak yang tidak terkait dengan pubertas bisa menjadi indikator anak menderita gangguan. Demikian pula halnya jika anak tampak tidak nafsu makan, bisa menjadi gejala depresi.
Perubahan fisik yang disebabkan oleh penggunaan alkohol atau obat terlarang juga merupakan gejala depresi pada anak. Para pakar menyebutkan, risiko anak menderita depresi lebih besar jika salah satu atau kedua orangtua juga menderita depresi.
5. Kurang konsentrasi
Anak yang sangat sulit berkonsentrasi juga perlu dicurigai mengalami gangguan mental. Tapi orangtua juga perlu membedakan anak yang memang ingin menonton TV ketimbang mengerjakan PR, dengan anak yang tidak mampu fokus pada acara favoritnya di TV.
Ketidakmampuan untuk berkonsentrasi pada tugas sederhana adalah gejala dari ADHD atau depresi. Kurang fokus juga bisa disebabkan karena pikiran mereka terpusat pada rasa malu, bersalah, atau kematian. Kurang konsentrasi pada anak akan tampak nyata pengaruhnya pada nilai akademik atau pergaulannya.
Kompas.com - Gangguan dalam hal tumbuh kembang memiliki kecenderungan lebih besar dialami oleh anak-anak yang dibesarkan di kota dibandingkan dengan di desa. Kecenderungan ini diakibatkan perbedaan dalam pola makan dan pola asuh di antara keduanya.
Kepala Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Profesor Juffrie mengatakan, pola makan menjadi faktor penting bagi tumbuh kembang anak, termasuk pola makan dari ibu dan anak. Berdasarkan hasil risetnya beberapa waktu lalu, ibu yang hidup di desa memiliki pola makan yang lebih alami dibandingkan mereka yang hidup di kota.
"Makanan yang dimakan ibu menentukan ASI yang dihasilkannya. Semakin alami makanan yang dimakan maka akan semakin baik probiotik dalam ASI dihasilkan," papar Juffrie dalam acara peluncuran Happy Tummy Council di Jakara, Senin (25/3/2013).
Probiotik merupakan unsur penting bagi kesehatan pencernaan anak karena dapat menyeimbangkan bakteri di dalam usus yang disebut dengan mikroflora normal dengan cara meningkatkan pertumbuhan bakteri baik dan menurunkan bakteri buruk. Kesehatan pencernaan anak kemudian akan mempengaruhi tumbuh kembang anak.
Menurut dokter spesialis anak di bidang tumbuh kembang Ahmad Suryawan, ASI merupakan sumber probiotik alami. "ASI menjadi pilihan utama sumber probiotik bagi masyarakat desa. Berbeda dengan di kota yang umumnya banyak pilihan," ujar dokter dengan sapaan akrab Wawan ini.
Wawan mengatakan, pemberian probiotik alami adalah yang terbaik untuk anak. "Terlebih dengan konsumsi makanan alami oleh ibu yang meningkatkan kualitas dari ASI, itu akan semakin baik," paparnya.
Selain itu, pola asuh yang diterapkan pada anak juga sangat berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak. Menurut psikolog anak Rini Hildayani, pola asuh masyarakat desa umumnya lebih baik daripada di kota. Hal tersebut mungkin yang menjadikan gangguan tumbuh kembang anak lebih sering dijumpai di kota.
"Orang tua yang bekerja, terutama ibu, akan kehilangan banyak waktu untuk mengasuh anak. Mempercayakan pada pengasuh yang tidak sensitif dan responsif akan menghambat tumbuh kembang anak," jelas Rini.
Oleh karena itu, kata Rini, sebaiknya orang tua merencanakan dengan baik ada siapa mereka mempercayakan anak ketika mereka bekerja. "Mempercayakan pada pengasuh bisa saja, asalkan sebelumnya sudah diberi pengarahan cara mengasuh anak yang tepat," pungkas dosen di Fakultas Psikologi Universitas Indonesia ini.
Kompas.com - Biduran atau dalam bahasa medis disebut dengan urtikaria selain disebabkan karena alergi pada bahan tertentu, ternyata seringkali dipicu oleh gangguan pada gigi dan mulut.
Biduran adalah penyakit alergi yang ditandai dengan erupsi pada kulit berwarna kemerahan, timbul atau bentol, dan sangat gatal. Biduran bisa timbul di mana saja, termasuk wajah, bibir, lidah, hingga telinga.
Ada berbagai penyebab timbulnya biduran, antara lain reaksi alergi, zat kimia dalam makanan, sengatan serangga, paparan sinar matahari, atau obat-obatan yang memicu pelepasan histamin dalam tubuh. Tetapi terkadang sangat sulit menentukan apa penyebab utama biduran.
Menurut dr.T.Bahdar Johan, spesialis penyakit dalam dari RS Premier Bintaro, Tangerang, cukup banyak penderita biduran yang dipicu oleh masalah gigi.
"Hampir 60 persen pasien yang menderita biduran ternyata memiliki masalah gigi, entah itu tambalan lepas, plak, atau kalkulus," paparnya dalam acara media edukasi menyambut Hari Kesehatan Gigi Sedunia 2013 yang diadakan oleh PT.Unilever Indonesia di Jakarta (18/3/13).
Pengobatan terbaik untuk biduran adalah mengenali dan menghindari pemicunya. Antihistamin juga efektif untuk mengurangi keluhan gatal akibat biduran.
"Pada pasien yang memiliki gangguan gigi akan langsung dirujuk untuk mengobati penyakit giginya," kata Bahdar.
Demikian hasil penelitian dalam International Society for Sexual Medicine seperti dikutip dari Men'sHealth, Senin (18/3/2013).
Dalam penelitian yang melibatkan lebih dari 2.500 pria, 45 persen melaporkan berjuang keras untuk bisa mengalami ereksi dan ejakulasi.
Setelah mempelajari informasi medis para pria ini, para peneliti menemukan bahwa pria-pria letoy ini rupanya mengalami kecenderungan gangguan pada sistem kardiovaskular, penurunan gairah seks, dan minim istirahat.
Umumnya, pria yang gemar masturbasi bakal punya masalah ereksi. Sayang, kebanyakan dari mereka akan berpikir bahwa saat 'senjatanya' loyo, itu hanya masalah psikis atau karena sedang tidak mood. Padahal, kedaan ini bisa jadi merupakan tanda disfungsi ereksi dan sering menjadi peringatan dini munculnya penyakit jantung.
"Tidak peduli apakah itu terjadi saat berhubungan seks atau masturbasi," kata penulis penelitian, Giulia Rastrelli, MD, dari University of Florence.
Ketika pria melakukan aktivitas seksual sendirian, berikan perhatian lebih pada kualitas ereksinya. Jika ada yang tidak beres, jangan ragu menanyakannya ke dokter, saran Rastrelli.
Selain ke dokter, bisa juga ke gym. Ejakulasi dini kata para para peneliti di Universitas Emory olahraga bisa mengurangi risiko ejakulasi dini, kondisi lebih ringan dibanding disfungsi ereksi. (Mel/Abd)