Di Ukraina, Pesta Nikah Sering Berubah Jadi Pesta Keracunan

Liputan6.com, Kiev : Pernikahan merupakan hari terindah di dalam hidup seseorang. Tapi, pada hari pernikahannya Yulia Yukhimets harus dilarikan ke rumah sakit bersama 60 tamu lainnya karena mengalami keracunan. Ia bersama pasien lainnya mengalami demam, sakit perut, muntah, dan diare.

"Saya selalu menginginkan semua ini, tapi lihat bagaimana itu berakhir," kata Yukhimets (20).

Wanita periang yang ramping dan pemalu itu mengatakan ia dibawa ke rumah sakit di Kota Ruzhyn dengan ambulans. Padahal, ia baru saja mengganti gaun pengantinnya. Ia dan pasien lainnya diberi antibiotik dan infus.

Mykola Zozulya, dokter kepala rumah sakit, mengatakan bahwa tes laboratorium menunjukkan infeksi disebabkan salmonella.

Dia menjelaskan, pada pernikahan mewah yang mempersiapkan makanan begitu banyak merupakan bahaya kesehatan.

"Ini mentalitas kami di Ukraina. Kami ingin meja runtuh di bawah beratnya makanan."

Memang, ratusan pengantin baru di Ukraina dan tamu-tamunya setiap tahunnya membutuhkan perawatan. Ini disebabkan keracunan makanan di pesta pernikahan. Namun, sayangnya Departemen Kesehatan tak memiliki angka statistik keracunan di pernikahan.

Hal seperti itu sering terjadi selama bulan-bulan musim panas, yang merupakan musim yang lebih disukai untuk pernikahan.

Makanan Berlebihan

Dalam kultus Ukraina yang tradisional, pernikahan besar memang menjamu para tamu dengan banyak makanan dibanding yang dimakan tamu. Namun, keracunan paling sering terjadi karena makanan buatan rumahan di pedesaan tidak didinginkan dengan benar. Padahal itu membutuhkan persiapan yang besar selama berhari-hari.

Seperti dikuti News.au, Selasa (20/8/2013), banyak budaya yang mendukung pernikahan yang besar, tapi pernikahan secara tradisional di pedesaan Ukraina bukan saja suatu ritual yang sakral. Seluruh masyarakat membawa makanan yang diletakkan di meja untuk pesta, menyanyi, dan berdansa selama beberapa hari.

Etnografer Olena Shcherban mengatakan bahwa dalam budaya rakyat, pernikahan dianggap sebagai salah satu dari tiga peristiwa penting dalam kehidupan seseorang, selain kelahiran dan kematian, dan merupakan kesempatan bagi masyarakat untuk memberikan restu resmi kepada keluarga baru.

"Pernikahan bukan hanya sesuatu, ini adalah puncak dari hubungan anggota masyarakat," ujar Shcherben.

"Puncak ini harus berlangsung secara terbuka di depan mata seluruh desa, masyarakat kecil, seluruh orang yang tahu dan melegalkan hubungan ini," katanya.

(Mel/*)

Sumber Liputan6

Info Alkes