Untuk informasi lanjut,
hubungi kami di
no telp -,
email: alkesritel@yahoo.com
website: alkesritel.blogspot.com.
Kami menyediakan supply alat kesehatan, peralatan laboratorium, elektrik engineering terlengkap dengan harga sangat bersaing. Hubungi kami di 081321161101 untuk informasi lanjut. email: alkesritel@yahoo.com. website: supplyalkes.blogspot.com.
Kami menyediakan supply alat kesehatan, peralatan laboratorium, elektrik engineering terlengkap dengan harga sangat bersaing. Hubungi kami di 081321161101 untuk informasi lanjut. email: alkesritel@yahoo.com. website: supplyalkes.blogspot.com.
Kami menyediakan supply alat kesehatan, peralatan laboratorium, elektrik engineering terlengkap dengan harga sangat bersaing. Hubungi kami di 081321161101 untuk informasi lanjut. email: alkesritel@yahoo.com. website: supplyalkes.blogspot.com.
Kami menyediakan supply alat kesehatan, peralatan laboratorium, elektrik engineering terlengkap dengan harga sangat bersaing. Hubungi kami di 081321161101 untuk informasi lanjut. email: alkesritel@yahoo.com. website: supplyalkes.blogspot.com.
Kami menyediakan supply alat kesehatan, peralatan laboratorium, elektrik engineering terlengkap dengan harga sangat bersaing. Hubungi kami di 081321161101 untuk informasi lanjut. email: alkesritel@yahoo.com. website: supplyalkes.blogspot.com.
Untuk informasi lanjut,
hubungi kami di
no telp -,
email: alkesritel@yahoo.com
website: alkesritel.blogspot.com.
Kompas.com - Anak-anak akan melewati beberapa tahap perkembangan yang ikut memengaruhi perilaku mereka. Tak jarang perubahan perilaku yang dialami anak dianggap sebagai sebuah fase yang akan berlalu dengan sendirinya. Padahal, beberapa perubahan perilaku itu bisa menjadi gejala dari adanya gangguan mental yang dialami anak.
Para peneliti dari Harvard Medical School menemukan bahwa separuh dari kasus gangguan mental dimulai dari usia sangat muda, 14 tahun dan tigaperempatnya terjadi sejak usia 24 tahun. Karena kemunculannya yang sangat dini itu, maka terapi dan penanganannya harus dilakukan sejak awal pula.
Pusat pengendalian dan pencegahan penyakit AS (CDC) menemukan bahwa satu dari lima anak di AS mengalami gangguan mental. Gangguan pemusatan perhatian (ADHD), anak pemberontak (oppositional defiant disorder/OOD), spektrum autisme, gangguan mood dan kecemasan, depresi, adalah jenis gangguan mental yang paling banyak ditemui.
Orangtua berperan besar dalam mengurangi keparahan gangguan tersebut dengan cara memberi perhatian pada perubahan perilaku anak. Orangtua juga bisa menggunakan intuisi mereka jika merasa "ada sesuatu yang salah" dengan anak mereka.
Berikut adalah 5 gejala yang perlu diwaspadai dari anak-anak dan remaja Anda.
1. Perubahan mood yang berlangsung lama
Perubahan mood yang berlangsung lebih dari dua minggu adalah indikator kuat adanya gangguan mental pada anak. Perubahan mood ini bisa bervariasi mulai dari hiperaktif sampai terlalu melankolis tanpa alasan yang kuat.
Menurut The National Institute of Mental Health, perilaku "sangat gembira" atau mania dan perasaan "down" atau depresi bisa menjadi tanda adanya gejala gangguan bipolar. Tetapi, perilaku hiperaktif pada anak yang tidak diikuti dengan gejala lesu setelahnya adalah karateristik normal pada anak.
2. Cemas dan takut berlebihan
Takut dan khawatir adalah hal yang wajar dialami anak usia dini. Normal saja mereka merasa takut pada gelap, membayangkan sosok monster, atau takut berpisah dengan orangtua. Untuk anak usia sekolah, cemas sebelum tampil di sekolah atau takut tak diterima teman-temannya, adalah respon yang sehat.
Namun, berhati-hatilah jika rasa takut yang dialami anak sudah berlebihan sehingga mengganggu aktivitas mereka. Mungkin sudah saatnya Anda melakukan intervensi.
3. Perubahan perilaku ekstrem
Mulai membangkang juga adalah fase yang akan dilalui dalam tahap perkembangan emosional anak untuk menuju kemandiriannya. Tetapi ada perilaku pembangkangan yang sangat ekstrem yang disebut dengan OOD. Biasanya gangguan ini dimulai saat anak berusia 8 tahun atau sebelum masuk usia remaja. Salah satu contoh perilaku tersebut adalah membeli beberapa games tanpa ada minat untuk memainkannya.
Gangguan mental yang erat kaitannya dengan perubahan perilaku adalah ADHD, kecemasan, depresi, atau gangguan bipolar.
4. Perubahan fisik, berat badan naik atau turun drastis
Diperkirakan 80 persen orang yang mengalami gangguan mental mengalami obesitas atau kegemukan. Perubahan fisik yang mendadak yang tidak terkait dengan pubertas bisa menjadi indikator anak menderita gangguan. Demikian pula halnya jika anak tampak tidak nafsu makan, bisa menjadi gejala depresi.
Perubahan fisik yang disebabkan oleh penggunaan alkohol atau obat terlarang juga merupakan gejala depresi pada anak. Para pakar menyebutkan, risiko anak menderita depresi lebih besar jika salah satu atau kedua orangtua juga menderita depresi.
5. Kurang konsentrasi
Anak yang sangat sulit berkonsentrasi juga perlu dicurigai mengalami gangguan mental. Tapi orangtua juga perlu membedakan anak yang memang ingin menonton TV ketimbang mengerjakan PR, dengan anak yang tidak mampu fokus pada acara favoritnya di TV.
Ketidakmampuan untuk berkonsentrasi pada tugas sederhana adalah gejala dari ADHD atau depresi. Kurang fokus juga bisa disebabkan karena pikiran mereka terpusat pada rasa malu, bersalah, atau kematian. Kurang konsentrasi pada anak akan tampak nyata pengaruhnya pada nilai akademik atau pergaulannya.
Talia yang mengidap kanker neuroblastoma dan leukemia memutuskan untuk tidak melakukan operasi dan menikmati hari-harinya yang tersisa sebagai perancang busana.
Menurutnya, remaja mengekspresikan dirinya melalui pakaian. "Pakaian yang saya rancang merupakan lambang remaja yang berani dan memiliki semangat untuk menjadi inspirasi agar bisa mengatasi segala rintangan, "kata Talia, seperti dilansir Dailymail, Minggu (28/4/2013).
Talia mengatakan kalau beberapa pakaiannya juga dirancang dari semangatnya dan beberapa gaya favoritnya termasuk 'preppy', 'rocker' dan 'boho chic'.
"Semua hasil dari penjualan akan saya berikan ke keluarga untuk membayar tagihan rumah sakit yang mahal," jelasnya.
Talia pertama kali didiagnosis kanker neuroblastoma, tumor yang berkembang dari jaringan saraf pada 14 Februari 2007 ketika ia baru berusia tujuh tahun.
Setelah kemoterapi, operasi dan radiasi ia sempat bebas kanker selama satu tahun. Tapi pada bulan September 2008, dokter menemukan penyakit itu kembali dan telah menyebar ke kelenjar getah bening kecil dekat hatinya yang berarti secara bersamaan ia mengidap kanker neuroblastoma dan leukemia.
Menurut dokter, Talia menolak untuk melakukan operasi sumsum tulang belakang. Padahal kesempatan hidupnya hanya sekitar 4 sampai 12 bulan lagi. (Fit/Igw)
Dokter kecantikan di Skin Care and Body Treatment Ariesta, dr. Theresia Tedjasukmana, mengatakan kalau saat ini banyak remaja coba-coba kosmetik untuk tampil cantik dan tidak cocok, kemudian kulitnya jadi sensitif.
"Pernah ada anak SMA yang datang pada saya, usianya 17 tahun dan kondisi kulit wajahnya penuh dengan jerawat. Dia bilang ingin melakukan perawatan. Tapi saya bilang tidak bisa,"katanya.
Theresia memang selalu menolak pasien remaja yang memiliki masalah jerawat, karena menurutnya jerawat usia remaja hanya masalah hormonal.
"Jerawat di usia kurang dari 20 tahun itu akibat hormonal. Saya tidak mungkin melakukan terapi hormonal, karena akan mematikan hormonnya," jelasnya seperti ditulis Minggu (28/4/2013).
Jadi yang perlu dilakukan remaja sebenarnya hanya memberikan pemahaman untuk memperhatikan kebersihan diri dulu agar ia menerima proses itu. (Fit/Mel)
Eli Reimer, asal Bend, Oregon Amerika Serikat ini mendaki Gunung Everest Selatan di Nepal dengan delapan orang lainnya, termasuk ayahnya, Justin Reimer.
Perjalanan Reimer mendaki gunung setinggil 70 mil ini dimaksudkan untuk membantu mempromosikan Yayasan Elisa yang didirikan ayah dan ibu Reimer tahun 2005 . Yayasan ini merupakan organisasi yang membantu mengumpulkan uang dan dukungan bagi anak disabilitas lainnya.
Menurut ayahnya, Base camp di Nepal adalah salah satu dari dua base camp di Gunung Everest utara dan Base Camp lainnya berlokasi di Cina. Sedangkan di Base camp Selatan, Eli dan ayahnya berhasil mendaki hingga ketinggian lebih dari 17.500 kaki.
Perjalanan ini cukup sulit karena banyak pendaki yang tinggal satu atau dua hari untuk menyesuaikan diri dengan ketinggian.
Sejauh ini, perjalanan Eli telah membantu anak disabilitas lainnya hingga 85.000 US dollar pada sumbangan ke Yayasan Elisa. Namun, ada harapan untuk meningkatkan total sumbangan hingga 100.000 US dollar.
Dalam sebuah email yang ditujukan kepada Reimer, seperti dikutip Foxnews, Selasa (2/4/2013), ada seorang pria di Inggris yang menyatakan kalau Eli satu-satunya remaja dengan down syndrome yang berhasil mendaki hingga base camp Everest. (Fit/Abd)