Untuk informasi lanjut,
hubungi kami di
no telp -,
email: alkesritel@yahoo.com
website: alkesritel.blogspot.com.
Kami menyediakan supply alat kesehatan, peralatan laboratorium, elektrik engineering terlengkap dengan harga sangat bersaing. Hubungi kami di 081321161101 untuk informasi lanjut. email: alkesritel@yahoo.com. website: supplyalkes.blogspot.com.
Kami menyediakan supply alat kesehatan, peralatan laboratorium, elektrik engineering terlengkap dengan harga sangat bersaing. Hubungi kami di 081321161101 untuk informasi lanjut. email: alkesritel@yahoo.com. website: supplyalkes.blogspot.com.
Kami menyediakan supply alat kesehatan, peralatan laboratorium, elektrik engineering terlengkap dengan harga sangat bersaing. Hubungi kami di 081321161101 untuk informasi lanjut. email: alkesritel@yahoo.com. website: supplyalkes.blogspot.com.
Kami menyediakan supply alat kesehatan, peralatan laboratorium, elektrik engineering terlengkap dengan harga sangat bersaing. Hubungi kami di 081321161101 untuk informasi lanjut. email: alkesritel@yahoo.com. website: supplyalkes.blogspot.com.
Kami menyediakan supply alat kesehatan, peralatan laboratorium, elektrik engineering terlengkap dengan harga sangat bersaing. Hubungi kami di 081321161101 untuk informasi lanjut. email: alkesritel@yahoo.com. website: supplyalkes.blogspot.com.
Untuk informasi lanjut,
hubungi kami di
no telp -,
email: alkesritel@yahoo.com
website: alkesritel.blogspot.com.
Data Australia menunjukkan bahwa sekitar 12 persen wanita merokok selama kehamilan dilansir betterhealth, Jumat (31/5/2013), merokok dan perokok pasif serius dapat mempengaruhi perkembangan janin.
Ketika seorang ibu hamil terpapar asap tembakau, zat berbahaya diserap ke dalam aliran darah ibu dapat melewati plasenta dan mempengaruhi bayi yang belum lahir. Plasenta tidak menyaring zat berbahaya dalam asap tembakau banyak.
Merokok di kehamilan juga mengurangi aliran darah melalui plasenta sehingga dapat mengurangi jumlah oksigen, dan nutrisi bayi menerima. Paparan asap tembakau selama kehamilan secara signifikan dapat meningkatkan risiko terburuk seperti kematian.
Risiko-risiko kesehatan selama kehamilan untuk perokok aktif atau pasif meliputi:
1. Peningkatan risiko keguguran dan kematian saat baru lahir
2. Peningkatan risiko kelahiran prematur dan berat badan lahir rendah
3. Penurunan fungsi paru-paru saat lahir
4. Meningkatkan respon laergi dan asma pada anak
5. Peningkatan risiko kematian mendadak yang tak terduga pada bayi, yang mencakup sindrom kematian bayi mendadak (SIDS) dan kecelakaan yang fatal saat tidur
6. Peningkatan risiko komplikasi selama kelahiran
Sebaiknya orangtua mulai mencontohkan perilaku positif terhadap anak sejak bayi masih dalam kandungan. Berkonsultasi dengan dokter dan ahli kandungan sangat membantu untuk menghilangkan kebiasaan merokok untuk wanita hamil. (Mia/Igw)
Apryl rela membayar seorang wanita yang tidak memiliki latar belakang medis, sebesar 650 poundsterling (Rp 8,1 juta) untuk menyuntikkan silikon ke bokongnya.
Namun, pilihannya yang menyuntikkan silikon untuk industri di bokongnya pada 2004 dibayarnya dengan kehilangan anggota tubuhnya akibat mengalami infeksi.
Suntik silikon di bokongnya itu hanya bertahan 2 tahun. Pada 2006, silikon jadi mengeras dan kulitnya menghitam karena infeksi. Satu-satunya cara menyelamatkan hidupnya adalah dengan melakukan amputasi.
"Saya selalu menangis dalam lautan air mata. Saya harus menghadapi kenyataan bahwa saya kehilangan tangan, kaki, dan bokong, dan komplikasi dari suntikan tersebut," katanya.
Kini, April menggunakan prosthesis (alat bantu pengganti anggota gerak tubuh yang hilang) agar bisa bergerak.
Keterbatasannya saat ini tak membuatnya hancur. Pada 23 Maret 2013, Apryl mengikuti Pasadena Triathlon dengan lari 3,1 miles, sepeda 9,3 mili, dan renang 150 meter.
"Saya mengumpulkan uang untuk saya dan gym saya. Gym saya disebut 'Next Step'. Mereka melayani orang dengan segala macam keterbatasan".
(Mel/Igw)
Para ilmuwan di UC Santa Barbara telah menunjukkan hubungan antara hornon pada wanita muda dan hasrat seksual.
Penulis James Roney, seorang profesor di University of California, Santa Barbara, mengatakan, dua sinyal hormonal memiliki efek yang berlawanan pada dorongan seksual wanita.
Jika wanita merasa lincah dan berkeinginan besar untuk seks, kemungkinan besar kadar estrogennya lebih tinggi dibanding progesteron dan mungkin kesuburannya sedang dalam puncak-puncaknya dalam siklus bulanannya.
Jika hasratnya sudah tak menggebu-gebu, mungkin dipengaruhi kadar progesteronnya yang sedang tinggi. Hormon ini bisa menurunkan hasrat seksual. Dan pada saat itu wanita kurang subur dalam siklusnya.
Ketika kadar hormon dan gairah seksual diperhitungkan dalam siklus menstruasi, subjek yang diteliti yakni mahasiswi yang belum lulus diukur tingkat progesteronnya sekaligus penurunan nafsu seksualnya.
Menurut peneliti, progesteron menurunkan keinginan seksual wanita dari tahap subur ke fase lutheal, yakni pada paruh kedua siklus menstruasi.
"Progesteron bertindak sebagai sinyal berhenti yang potensial dalam siklus yang menjadi penemuan baru pada manusia," ujar Roney seperti dikutip Zeenews, Minggu (28/4/2013).
Temuan ini dianggap para peneliti berimplikasi buat pengobatan hasrat seksual yang rendah serta percobaan penggantian hormon.
Roney mengatakan, temuan itu belum mencakup semua model secara keseluruhan. Untuk itu dia ingin mencobanya pada wanita dari kelompok usia yang berbeda.
Pengaruh Testosteron
Selain itu, pada penelitian itu menurut Roney ada hal yang menarik yakni dampak tidak adanya testosteron pada dorongan seksual wanita.
"Ada kepercayaan umum di literatur medis bahwa testosteron adalah regulator utama untuk libido wanita. Dokter cenderung mempercayainya meskipun tak ada bukti yang kuat pada manusia. Dalam siklus alam, kita tak menemukan efek testosteron," jelasnya.
Meski demikian, Roney tak menyangkal kalau testosteron memiliki efek positif dalam terapi penggantian hormon.
"Testosteron memiliki efek bagi mereka jika menyuntikkannya secara eksternal pada wanita yang sudah menopause, dan ada banyak alasan yang mungkin terjadi".
Hasil penelitian ini dipublikasikan dalam Jurnal Hormon and Behavior.(Mel/Igw)